Minggu, 10 Januari 2010

FSRU Design Consideration - Sistem Lambung


Sistem Lambung (Hull System). Perhitungan lambung FSRU didasarkan pada kapasitas regasification, kapasitas kapal LNG (LNG carrier) dan jarak angkut kapal LNG tersebut, kemudian dihitung jumlah kapal LNG yang dibutuhkan. Dari data kapasitas regasification dan jumlah kapal LNG yang telah dihitung tadi – termasuk dengan memperhitungkan keterlambatan kedatangan kapal LNG – maka kapasitas FSRU dapat ditentukan. Dari kapasitas FSRU yang telah ditentukan tersebut, selanjutnya ukuran utma FSRU dapat diketahui. Selanjutnya adalah penentuan turret system, letak accommodation, flare tower, regasification module, power generation dan offloading sytemnya.
Sistem Penambatan(Turret Mooring). Hal yang paling mendasar dari sistem penambatan adalah performa FSRU ini dalam mempertahankan kemampuannya dalam posisi yang tetap (station keeping performance), dimana performa ini akan mendukung bagaimana performa operasi dari FSRU ini. Sebetulnya hal ini tergantung bagimana kondisi lokasi (seastate) dari FSRU ini, yang akan menentukan mooring system yang sesuai untuk dirancang pada fasilitas ini. Design prosedur mooring system ini akan mirip dengan apa yang biasa dipakai pada FPSO. Sebagaimana mooring system ini akan berhubungan langsung dengan kemapuan bertahan (survivability) dan mempunyai konskuensi terhadap keselamatan (safety) fasilitas, maka analysis mendalam berdasar kondisi spesifik lokasi harus dibuat.
Sea Keeping. Sea-keeping analisis terhadap adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam perancangan FSRU, karena performa ini kan berefek pada ketersediaan plant diatas FSRU. Dikarenakan karakteristik yang inherent pada FSRUini, maka ketersediaan operasi regasification haruslah sangat tinggi, kecuali keseluruhan jaringan kerja LNG tersebut terkait dengan FSRU lain atau adanya back-up dari onshore terminal. Pada kondisi cuaca buruk, operasi gasification tetap dapat bekerja, meskipun operasi un-loading dari LNG carrier tidak dapat dilakukan sementara. Gerakan & percepatan FSRU harus diminimalisir untuk meneydiakan kondisi kerja dan kenyamanan tinggal dari crew diatas fasilitas tersebut. Analisa sea-keeping, seperti rolling, pitching dan kombinasi antara keduanya perlu dibuat untuk melihat response FSRU dari gerakan-gerakan tersebut. Dari response gerakan dan kondisi spesifik lapangan, maka gasification dan ketersediaan operasi un-loading dari LNG dapat dihitung. Sebuah pendorong buritan (stern thruster) dapat digunakan untuk memfasilitasi kapal LNG pada saat akan sandar di FSRU tersebut (untuk kondisi side by side unloading operation). Adapun untuk kondisi FSRU harus berputar mengikuti arah angin & arus (weathervaning), stern thruster ini akan menahan haluan FSRU dalam batas-batas yang telah ditentukan.
Operasi Bongkar Muat LNG (LNG unloading). Operasi unloading adalah operasi tersulit pada FSRU, dimana side by side operasi unloading adalah tidak mungkin untuk kondisi laut yang sedang bergejolak (harsh environment). Tetapi pada kondisi seastate yang agak tenang (mild seastate), adalah hal yang mungkin untuk dilakukan oleh kapal LNG konvensional tanpa harus melakukan modifikasi pada fasilitas bongkar muat depan (bow unloading facility), untuk operasi tandem pada FSRU. Sea state adalah batasan untuk operasi bongkar muat side by side bagi FSRU, jika sea state pada kondisi bergelombang besar, maka dapat diperlukan waktu bagi kapal LNG sampai dengan sekitar 2-3 hari untuk menuggu laut menjadi tenang. Pada perancangan kapasitas simpan dari FSRU, waktu tunggu ini menjadi salah factor pertimbangan juga, unutk operasi bongkar muat side by side, kombinasi analysis gerakan (motion analysis) dari FSRU dan kapal LNG juga diperlukan.
Struktur / Sistem Muatan. Sistem penyimpanan muatan dengan tipe membrane adalah hal yang umum, dimana system membrane ini mengadopsi teknologi rancangan kapal LNG konvensional. Dalam perancangan structure lambung dari FSRU, banyak dari prosedur perancangan kana diadopsi, seperti analisa kelelahan struktur dan distribusi temperature dari cargo tank. Sebagaimana design LNG cargo tank akan diperlakukan dalam berbagai level muatan, muali dari kosong hingga penuh, maka kekuatan dari lambung terhadap beban pergerakan cairan (sloshing) harus diperhitungkan. Tetapi berbeda dari kapal LNG yang berlayar pada lautan bebas, FSRU telah dirancang untuk kondisi laut yang spesifik, kondisi spesifik site inilah yang dijadikan avuan untuk perhitungan beban sloshing tersebut.

Disarikan dari OTC14098: Design Development of FSRU from LNG Carrier and FPSO Construction Experiences

Jumat, 08 Januari 2010

Floating Storage Regasification Unit (FSRU) - Terminal LNG terapung


FSRU: Floating Storage Regasification Unit, adalah floating unit untuk LNG (Liquified Natural Gas) yang tidak hanya sebagai alternatif teknis dari LNG terminal yang telah ada selama ini, tetapi dari sudut pandang lain, unit ini bisa memberikan alternatif solusi dalam hal ekonomi dan fisibilitinya.
Dengan telah terbukti keandalan dari onshore LNG terminal dalam beberapa dekade terakhir ini, dan dengan semakin maraknya perkembangan teknologi "floater" seperti FPSO /FSO dalam duapuluh tahunan terakhir ini, ditambah dengan telah terbuktinya keandalan dan ekonomisnya aplikasi teknologi penyimpanan LNG cair dalam lambung (steel hull storage LNG) pada kapal-kapal pengangkut LNG (LNG Carrier). Dengan pengalaman yang cukup panjang dari ketiga teknologi diatas, maka suatu yang wajar jika secara alamiah terbersitlah ide untuk membuat suatu floating terminal LNG yang andal, aman dan ekonomis, dengan mengkombinasikan teknologi yang berbeda dari ketiga sector tersebut.
Sebagaiana FPSO, perkembangan teknologi FSRU juga menuntut adanya independensi & kerjasama antara banyak pihak, mulai dari perusahaaan Migas, engineering, galangan kapal, vendor & supplier fasilitas yang specific seperti turret mooring, offloading system, dll. Kesemua aspek ini akan memepengaruhi keseluruhan aspek keselamatan & intergritas dari FSRU ini.
Karakteristik dari FSRU.
Lokasi. Tidak seperti umumnya fasilitas offshore, kebanyakan FSRU cenderung ditempatkan dekat dengan consumer, power plant atau bahkan onshore LNG terminal, sehingga lokasi fasilitas ini dekat dengan garis pantai. Jadi tidaklah normal untuk mendesign FSRU untuk segala kondisi seastate.
Floating Environment. FSRU dirancang pada dasarnya sebagai fasilitas apung, dan design prosedurnya tidaklah jauh berbeda dengan FPSO, sehingga banyak dari konsep design FPSO yang bisa diadopsi untuk ini. Tetapi pada beberapa kasus, peralatan yang biasa dipakai untuk onshore LNG terminal tidak bisa diaplikasikan pada FSRU dikarenakan perbedaan lingkungan ini.
Area Requirement. Dengan terbatasnya area diatas fasilitas FSRU ini, dibandingkan dengan onshore LNG terminal, maka konsep design dan arrangement fasilitas juga harus mempertimbangkan factor ini.
Keselamatan. Faktor keselamatan yang unik, merupakan kombinasi antara floating fasilitas – mooring, collision, capsize – sebagaiman FPSO dan factor keselamatan onshore LNG terminal harus dijadikan pertimbangan. Disamping itu factor keselamatan spesifik dari unit ini sendiri, seperti sistem muatan temperature rendah (cryogenic containment system) dan faktor penanganan muatan cair cryogenic pada kondisi terapung juga menjadi faktor pertimbangan yang signifikan.

related post link (FPSO): http://smallshipyard.blogspot.com/2009/10/fpso-design-consideration-posting-1.html