Selasa, 20 Oktober 2009

FPSO - Design Consideration


FPSO (Floating Production Storage and Offloading) adalah fasilitas apung yang dipakai oleh industri eksploitasi & produksi migas dalam fungsinya sebagi fasilitas penampungan dan pengolahan. Perancangan dari FPSO sendiri akan melibatkan banyak referensi seperti classification rule, standard internasional, peraturan nasional & insternasional. Disamping itu akan juga melibatkan aktivitas yang komplek pada saat eksekusi project pembangunannya, dimana adalah satu hal yang mustahil untuk memisahkan sisi engineering dengan project management pada tahap ini.
Rancangan (design) dari suatu FPSO sangat ditentukan oleh lingkungan yang keras (harsh environment), dimana hal ini akan mempengaruhi:
  • Persayaratan dari sistem penambatan (turret mooring) dimana mooring tersebut memungkinkan FPSO untuk berputar sesuai arah angin dan meminimalisir beban lingkunagn (environmental load) pada sistem mooringnya.
  • Pemilihan ukuran dan bentuk lambung yang sesuai dengan karakter olah gerak yang baik.
  • Lambung timbul (freeboard)
  • Desain dari fasilitas produksinya untuk meminimalisir interupsi produksi karena gerakan lambung (motion downtime).
  • Ukuran lambung yang memberikan daya tampung yang besar untuk meminimalisir offloading downtime.
  • Kekuatan dan kelelahan (fatigue) struktur lambung.
  • Environmental performance
  • Desain dan prosedur instalasi
Ada lagi persyaratan penting yang harus dipertimbangkan, adalah daya tahan FPSO untuk tetap di ladang (field) selama masa operasinya tanpa adanya dry-docking untuk inspeksi, perawatan dan reparasi. Hal ini dikarenakan kesulitan yang akan timbul pada saat pelepasan (disconnection) riser & umbilical system dan juga pada saat pemasangan kembali di field, yang mana merupakan lingkungan yang keras tadi. Terutama untuk FPSO yang mempunyai riser system yang komplex pada lahan yang produktif. Juga adanya resiko penalti secara ekonomi karena terhentinya produksi dengan harus adanya dry-docking tersebut. Biasanya design life daris sebuah antara 15 s/d 20 tahun tanpa dry-docking, penentuan ini berdasarkan justifikasi yang kompleks dari desain, remaining fatigue life dan persetujuan yang diberikan oleh badan klasifikasi.
.

Related link: http://en.wikipedia.org/wiki/Floating_Production_Storage_and_Offloading

Senin, 12 Oktober 2009

Inspeksi dan Survey (Technical & Engineering)


Inpeksi dan survey - apakah perbedaan dari kedua kata kerja tersebut, dalam hal ini untuk bidang teknik & engineering, secara general seolah-olah keduanya mempunyai aktivitas yang sama... yaitu memeriksa secara fisik sebuah benda/obyek berdasarkan suatu kriteria keberterimaan atau standard tertentu.

Berdasar kamus oxford: inspeksi adalah - look at closely/examine officially dan survey adalah look carefully and thoroughly/examine and record the area and features of land, so as to construct map, plan or description/a general view, examine or description - an investigation of the opinion or experience of a group of people, based on series of questions.

Sebagai pembanding dari sumber lain dictd_www.dict.org_gcide, Inspection: a formal or official examination/ The act or process of inspecting or looking at carefully;a strict or prying examination; close or careful scrutiny;investigation. --Spenser.[1913 Webster] dan Survey : A particular view; an examination, especially an officialexamination, of all the parts or particulars of a thing,with a design to ascertain the condition, quantity, orquality; as, a survey of the stores of a ship; a survey ofroads and bridges; a survey of buildings.[1913 Webster]3. The operation of finding the contour, dimensions,position, or other particulars of, as any part of theearth's surface, whether land or water; also, a measuredplan and description of any portion of country, or of aroad or line through it.[1913 Webster].

Dari sini bisa dilihat bahwa inspeksi adalah kegiatan yang lebih detil, hati-hati, formal dan lebih specific kepada suatu benda atau alat tertentu. Sedangkan survey lebih kepada examinasi secara umum terhadap suatu structur bangunan, jalan & jembatan, kapal, tanah, dll beserta semua sistem yang ada pada bangunan tersebut.

Secara teknis pun, ada kecenderungan perbedaan pemakaian istilah ini, dimana di dunia minyak dan gas serta industrial service cenderung memakai istilah inspeksi. Sedangkan untuk dunia perkapalan lebih cenderung memakai istilah survey (meskipun pada kenyataannya ship surveyor pun sering melakukan inspeksi terhadap suatu peralatan yg spesifik sebagai langkah lanjutan terhadap temuan dari surveynya).

Disamping kedua istilah metode pemeriksaan tersebut, beberapa peraturan mengembangkan istilah baru untuk mengkombinasikan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan pemerikasaan teknis, a.l - validasi, verifikasi, audit, asessment dan compliace. Dan sering pada akhirnya hasil dari kegiatan-kegatan tersebut dinyatakan dengan diterbitkannya sertifikat (sertifikasi) dan jika ada temuan yang menunjukkan simpangan dari batas keberterimaan maka akan dikeluarkan non confomance, rekomendasi, atau dalam bidang perkapalan lebih dikenal sebagai condition of class (CoC).

Selasa, 06 Oktober 2009

POSEIDON - A Germanischer Lloyd's computer based structural design and analysis tool for ship


POSEIDON is GL's computer based structural design and analysis tool for shipyards, design offices, owners and operators. It's user friendly interface, it's rich features and intuitive processes facilitates the rapid development and analysis of hull structures.

Who needs POSEIDON?
POSEIDON was developed by ship builders for ship builders. Its logical, intuitive structure and user friendly interface can be used by anyone familiar with PC's and ship design. POSEIDON is a great tool for reducing planned maintenance costs and minimizing unscheduled structural repairs.

How do you benefit from using POSEIDON?
Concentrate on designing - not obtuse operating instructions. Obtain the results of the FE analysis early in the design stage. Start saving design hours by getting the POSEIDON advantage for your design office. Improve your life cycle costs and specify POSEIDON for your newbuildings. POSEIDON improves productivity and lowers costs of structural design. POSEIDON improves ship quality and yard productivity by promoting the optimised distribution and weight of structural material and speeds approval time through electronic transfer and processing. POSEIDON cuts cost of planned maintenance and helps Shipyards and Design Offices to avoid unscheduled repairs.

The features of POSEIDON

  • A design tool that can be used throughout the engineering process
  • Minimal training - no specialised knowledge of FE techniques needed
  • Modelling and analysis of complex midship sections in less than a day
  • Rapid changes in structural layout promote the optimization of the design
  • GL scantling rules based on first principle design methods
  • Direct analysis using finite element techniques and user definable loads
  • Modelling of complete symmetrical or asymmetrical hull structures to ice class
  • Special tools are included for hatch cover assessment

More POSEIDON features. POSEIDON supports GL's Rational Ship Design (RSD) class notation which can help operators to better plan maintenance. The utilization factors and explicit corrosion margins assist the operator in planning coating and plate renewal strategies. The ships data file can also be used in association with GL's Emergency Response Service (ERS) to assist operations in coping with casualties.

More about POSEIDON
Learn more about how POSEIDON determines the scantlings of a vessel's structural components, about the useful "Hull Wizard", how to get a tailor-made POSEIDON-Training and more.
Determination of ScantlingsPOSEIDON determines automatically the scantlings of all structural components based on rule requirements for vessel parameters, class notation, global bending, cargo loads and external sea pressure.
The scantlings of transverse and longitudinal members are determined by an iterative process in which static and dynamic loads and structural geometry are automatically accounted for. The allowable stresses, fatigue and buckling strength are also considered in the calculation. The designer can easily alter the structural arrangement and scantlings to optimize for weight and strength. Section weight and modulus are continuously displayed and updated on the screen.
The results of the scantling calculations are displayed in a logical fashion to provide an overview of the design process. The member scantlings are also displayed graphically in colour codes so designer can easily determine those members which require alteration. The calculation method of individual members can be reviewed to permit alteration of key parameters governing the scantling. Corrosion margins are explicitly stated for all structural members.

Direct Analysis using the Finite Element Method
POSEIDON automatically generates a finite element model of the ship structure as defined by the modelling and scantling phases. The structure can be analysed with user defined or loads calculated to GL Rules.
A model extending over one or more holds will be automatically generated. If desired, the entire ship can be modelled. The mesh fineness takes into account the actual layout of plates, stiffeners or can otherwise be user defined.
The FE analysis is performed by the internal program GL-FRAME. The results can be evaluated and graphically displayed according to allowable stress, buckling and fatigue. Wave and other special loads may be defined by the user. Wave length, height, shape and direction with respect to the centreline can be input. The calculated loads can then be graphically displayed for evaluation.
The easy and time saving modelling of a specific structural configuration is based on the definition of functional elements such as the shell, inner bottom, decks, bulkheads, etc. The program module "Hull Wizard" will generate automatically the typical structural topography of midship sections by selecting key parameters. Tank arrangements and load data are automatically generated by the "Hull Wizard" or may be defined by the user. The "Hull Wizard" is available for modelling of containerships, tankers and bulk carriers. Other ship types are in development and may be available by contacting the Hotline.
The hull geometry can be easily defined by the user by inputting a few basic parameters. Alternatively the hull contours can be automatically generated through import of hull form data. The functional elements describing the structural geometry are automatically adapted to adjoining structures and the hull contours. The designer is free to arrange the layout of plates, spacing and type of frames and stiffeners and other components.
The "Hull Wizard" is available for modelling of containerships, tankers and bulk carriers. Other ship types are in development and may be available by contacting the Hotline.

Geometri Kapal


Pengetahuan tentang geometri kapal merupakan salah satu dasar pengenalan terhadap teori dan struktur kapal, dimana dengan bentuk bidang lambung kapal yang spesifik & unik serta melibatkan banyaknya kurva akan menuntut cara penggambaran teknis yang spesifik pula.
Beberapa istilah mendasar yang perlu diketahui a.l. adalah:
  1. Lpp :Length between perpendicular, adalah panjang kapal yang diukur antara dua garis tegaknya, yaitu garis tegak haluan (depan) yang ditentukan dari perpotongan antara garis air penuh dengan linggi depan (stem) dan garis tegak belakang yang diambil dari garis vertical poros kemudi kapal.
  2. LoA :Length Overall, adalah panjang keseluruhan kapal yang diukur dari ujung paling luar depan dan belakang kapal.
  3. LWL :Length Water Line, adalah panjang kapal diukur pada sarat penuh kapal (full draft)
  4. Breadth (B) : adalah lebar kapal yang diukur pada bagian tengah kapal (midship section)
  5. Draft (T) : atau sarat kapal, adalah tinggi bagian bawah lambung kapal maksimum yang diukur pada bagian tengah kapal (midship section)
  6. Depth (D) : atau tinggi kapal, adalah tinggi kapal yang diukur pada bagian tengah kapal (midship section
  7. Midship section: adalah bidang pada bagian tengah kapal yang diukur tepat membagi dua Lpp kapal.
  8. Center line : adalah garis sumbu poros membujur kapal yang terletak tepat ditengah lambung kapal, membagi bidang kapal sama besar antara kiri & kanan.
  9. Starboard side : sisi kanan kapal
  10. Port side : sisi kiri kapal
  11. Transverse Plane: adalah bidang yang didapatkan dengan memotong lambung kapal secara vertical tegak lurus segaris dengan center line.
  12. Transverse Plane: adalah bidang yang didapatkan dengan memotong lambung kapal secara vertical tegak lurus segaris dengan midship line.
  13. Waterline Plane : adalah bidang yang didapatkan dengan memotong lambung kapal secara horizontal segaris dengan waterline.

Naval Architect - Where the Art & Science meet..


Sejarah perkapalan yang pertama kali tercatat mungkin adalah sejarah Nabi Nuh pada saat banjir besar melanda bumi, dimana sejarah tersebut tercatat pada kitab-kitab suci beberapa agama di dunia ini.
Tetapi dari sejarah ilmu perkapalan sendiri, kapal pada masa dahulu diperkirakan dibuat secara try & error oleh suku-suku yang tinggal disekitar pantai dan perairan, dimana semua aspek mulai dari material lambung, system penggerak dari dayung, layar sampai mesin dsb, serta system kemudi, stabilitas dll dimulai dengan percobaan-percobaan yang dilakukan oleh pembuat kapal (craftman) pada saat.
Pada abad ke-17 dimana Isaac Newton dan banyak ahli metamatika mulai meletakkan dasar-dasar pengetahuan yang kemudian dijadikan dasar pengembangan ilmu terapan termasuk juga ilmu perkapalan. Pierre Bouguer diakui sebagai bapak perkapalan modern, dimana pada tahun 1746 dengan dia terbitkan buku “Traite’ du Navire”. Dalam buku ini Bouguer meletakkan pondasi dari banyak aspek perancangan kapal (naval architect) yang kemudian dikembangkan pada abad ke-18 oleh Bernoulli, Euler dan Santacilla. Lagrange dan ilmuwan lain juga membuat banyak kontribusi tetapi penyumbang paling berperan adalah seorang Swedia, Frederick Chapman dimana dia menjadi pioneer dalam bidang tahanan kapal (ship resistance), dimana hasil kerjanya menjadi dasar bagi karya beasr William Froude seratus tahun kemudian. Pendekatan ilmiah terhadap ilmu perkapalan lebih maju di Eropa daratan daripada di Inggris sampai dengan sekitar tahun 1850.
Pada masa pertengahan hingga akhir abad ke-19, perkembangan ilmu pengetahuan perkapalan terjadi sangat cepat di Inggris dengan munculnya Scott Russel, Rankine dan Froude.
Adalah hal yang salah dengan menganggap bahwa dunia perkapalan telah sepenuhnya mengesampingkan sentuhan seni dan teknik pembuatan kapal tradisional, dan mengganti sepenuhnya dengan ilmu dan teori metamatis serta pendekatan science.
Pendekatan secara science adalah untuk beberapa hal, antara lain adalah telah terbukti bahwa hanya dengan pendekatan seni, kapal tidak memiliki ketahanan terhadap kecelakaan di laut serta menjamin proses perdagangan bahwa pemilik kapal akan mendapat nilai tambah yang terbaik. Science telah menunjukkan kontribusinya terhadap pengurangan yang signifikan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan dari design kapal, disamping juga science tetap membutuhkan tambahan pengalaman yang terus menerus.
Pertanyaannya adalah “Art or Science?”, dan jawaban yang tepat adalah "Naval Architect is the Art and Science".
Sumber asli: disarikan dari basic ship theory

Senin, 05 Oktober 2009

Jenis-Jenis Kapal Perang - Frigate (2)


Istilah “frigate” (Italia:fregata – Spanyol/ Sicilia/ Katalonia/ Portugis: fragata – Belanda: fregat) berasal dari kawasan laut tengah pada akhir abad ke -15, istilah ini diarahkan untuk kapal layar tipe galleass yang agak kecil yang menggunakan dayung, layar dan mempunyai senjata ringan, dibangun sebagai kapal cepat dan memiliki kemampuan maneuver yang tinggi.
Pada tahun 1583, selama periode 80 tahun perang Habsburg (Perang kemerdekaan Belanda dari Spanyol tahun 1568–1648) yang juga meliputi Belanda Selatan, pendudukan pelabuhan yang dipakai sebagai basis kapal-kapal perang pribadi yang diijinkan oleh pemerintah pada saat itu (privateers), the dunkirkers atau dunkies privateers yang melayani kerajaan Spanyol pada saat itu memicu penyerangan terhadap pelayaran Belanda dan sekutunya. Untuk mencapai ini orang-orang Belanda mengembangkan kapal-kapal yang kecil, berkemampuan maneuver tinggi, kapal layar yang pada akhirnya disebut sebagi frigate. Karena beberapa angkatan laut mensyaratkan kapal dengan daya tahan yang lebih daripada kapasitas dunkirker frigate, maka pemakaian istilah ‘frigate’ berlaku lebih eksklusive pada kapal-kapal layar yang relatif cepat dan khusus hanya untuk berlayar.
Angkatan Laut Belanda adalah pihak pertama yang membangun frigate untuk samudera lepas (ocean-going frigate). AL Belanda memiliki tiga tugas pokok dalam perjuangannya menghadapi Spanyol yaitu: melindungi kapal-kapal niaga Belanda, memblokade pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Flander Spanyol sehingga merusak perdagangannya dan menahan kapal-kapal privateer Spanyol, serta untuk memerangi armada Spanyol dan menghalangi pendaratan pasukan. Dua tugas yang pertama mensyaratkan kapal memiliki kecepatan, sarat atau bagian bawah air lambung kapal (draft) yang pendek untuk perairan Belanda yang dangkal. Dan kemampuan kapal untuk membawa logistic yang cukup dalam rangka menjaga blockade. Tugas ketiga dari kapal-kapal tersebut mengharuskan kapal memiliki persenjataan berat, sehingga mampu menghadapi armada Spanyol. Kapal pertama dari tipe frigate yang memiliki kemampuan perang mumpuni ini dibuat sekitar tahun 1600 di Hoorn, Belanda. Pada akhir era 80 tahun perang, Belanda telah mengganti semua tipe kapal-kapal berat yang masih dipakai oleh Inggris dan Spanyol dengan kapal frigate yang lebih ringan, dengan sekitar 40 pucuk meriam dan berat sekitar 300 tons.
Effektifitas kapal-kapal frigate Belanda menjadi lebih terlihat pada saat Battle of Downs di tahun 1639, memicu negara lain, terutama Inggris, mengadospi inovasi yang sama.
Armada kapal yang dibangun oleh persemakmuran Inggris pada sekitar tahun 1650 secara umum mengandung unsur-unsur sebagai kapal frigate, kapal yang besar yang terdiri dari dua geladak disebut sebagai ‘great frigate’ dari dikelompokkan sebagai peringkat ke-3 (3rd rate ship). Kapal ini membawa 60 meriam, kapal-kapal ini besar dan mampu berperan sebagai ‘kapal besar (great ships)’ pada saat itu; tetapi kebanyakan frigate pada saat itu dipakai sebagi ‘cruiser’: kapal cepat yang independent. Istilah frigate pada akhirnya berimplikasi pada kapal dengan desain lambung panjang, yang mempunyai kecepatan dan juga membantu pengembangan taktik yang lebih luas pada peperangan laut.
Pada saat tersebut, desain kapal-kapal frigate berlanjut dengan dipakainya kembali dayung untuk menciptakan galley frigate.
Di Perancis sendiri istilah frigate menajdi kata sifat yang berarti ‘dibuat panjang dan rendah’.
Dengan adanya sistem peringkat (rating system) oleh AL Inggris di pertengahan abad ke-18, istilah ‘frigate” secara teknis terbatas pada kapal-kapal geladak tunggal yang termasuk dalam peringkat 5 (5th rate) , dan kapal-kapal dengan meriam kecil 28 inchi, frigate dikelaskan sebagai kapal peringkat 6 (6th rate ship).

Kapal Patroli Cepat TNI AL akan dipersenjatai Rudal


JAKARTA - Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan pihaknya akan mempersenjatai kapal-kapal patroli cepatnya dengan peluru kendali (rudal) untuk meningkatkan efek tangkal."Kapal-kapal patroli akan kita perbanyak dan dipersenjatai dengan rudal buatan China dan Rusia, secara bertahap," kata Tedjo Edhy Purdijatno, seusai menghadiri peringatan HUT ke-64 TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Senin (5/10).Tedjo mengatakan, kapal-kapal patroli tersebut akan dibuat dari bahan baja bukan lagi fiber. "Keterbatasan anggaran membuat kami harus sangat teliti dalam melakukan skala prioritas," ujarnya.Karenanya, kenaikan anggaran pertahanan pada 2010 sebesar Rp40,7 triliun akan difokuskan untuk meningkatkan kesiapan alutsista yang sudah ada, salah satunya mempersenjatai kapal patroli dengan rudal. "Selain itu, kami akan mengadakan alutsista kapal angkut dan kapal patroli, bukan kapal perang atau kapal selam, karena fokus anggaran pemerintah masih pada kesejahteraan rakyat," tuturnya.Kapal patroli, lanjut dia, dikerahkan untuk penjagaan dan pengamanan wilayah perbatasan laut RI dengan negara lain. Sedangkan, kapal angkut selain dapat digunakan untuk mobilitas pasukan dan logistik, dapat pula dipakai untuk mendukung penanganan bencana.Terkait penundaan dua kapal selam baru, Kepala Staf Angkatan Laut Tedjo mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya pengadaan dua kapal selam pada pemerintah. "Sekarang kan prosesnya masih di Departemen Pertahanan, ya kita tunggu saja. Kami serahkan semuanya pada pemerintah," katanya.

Kamis, 01 Oktober 2009

Jenis-Jenis Kapal Perang - Frigate (1)

'Frigate' adalah salah satu istilah untuk jenis kapal perang tertentu, istilah ini telah dipakai untuk kapal-kapal perang dari berbagai ukuran dan peran sejak beberapa abad yang lalu.
Pada abad ke -17, istilah ini dipakai untuk semua kapal perang yang mempunyai kecepatan dan kemamuan manuver (maneuverability) tinggi, deskripsi yang sering dipakai adalah 'frigate-built'. Istilah ini bisa juga berlaku untuk kapal-kapal perang yang membawa battery persenjataan utama yaitu meriam-mariam diatas geladak baik geladak tunggal ataupun dua geladak (dengan beberapa meriam-meriam yang lebih kecil biasanya dietakkan di bagian depan kapal (forecastle) dan anjungan belakang kapal (quarterdeck). Istilah ini sebelumnya dipakai secara umum untuk kapal-kapal yang berukuran terlalu kecil untuk diletakkan di garis depan pertempuran, tetapi secara kontradiksi, pada kenyataannya kapal-kapal di garis depan pertempuran di masa-masa awalnya sering juga disebut sebagai frigate, ketika kapal-kapal tersebut dibangun dengan tujuan sebagai kapal cepat.
Pada abad ke-18, istilah yang umum dipakai untuk kapal-kapal tempur secara umum sebagai “ship-of-the-line” (kapal perang besar yang dipakai digaris depan pertempuran) dan “square rigged” (kapal layar yang mempunyai layar utama pada sudut sisi kanan kapal, yang ditopang oleh tongkat horizontal yang terkait pada tiang-tiang layar) dengan kecepatan yang lebih tinggi dan persenjataan lebih ringan, yang dipakai untuk patroli dan kegiatan eskorta. Menurut definisi British Admirality, frigate adalah kapal-kapal dengan ukuran tertentu (rated ship) dengan sedikitnya 28 meriam, dengan persenjataan utama sampai dengan geladak utama menerusnya (single continuous deck – the upper deck), dan untuk 'ship of the line' memiliki dua atau lebih geladak menerus yang menopang unit-unit meriamnya.

Frigate tidak harus membawa semua jenis senjata (atau mempunyai semua jenis gunports) pada geladak bawahnya (lower deck); justru yang membingungkan adalah geladak bawah justru sering disebut sebagai “gun deck” oleh Angkatan Laut Inggris (yang oleh AL Amerika lebih sering disebut sebagai berth deck), bahkan untuk kapal-kapal frigate yang dimana mereka tidak membawa meriam atau tidak memiliki gunport sekalipun istilah ini tetap berlaku. Kedua tipe dapat dan biasanya membawa tambahan meriam yang lebih kecil di forecastle & quarterdecknya. Secara teknis, rated ship dengan meriam kurang dari 28 tidak diklasifikasikan sebagai frigate, tetapi sebagai “post ship”, tetapi pada umumnya kebanyakan post ship sering juga disebut sebagi frigate. Kesalahan pemakaian istilah yang sama juga terjadi pada kapal dua geladak yang lebih kecil yang terlalu kecil untuk diletakkan digaris depan pertempuran.
Pada akhir abad ke-19 (bermula sekitar tahun 1858 dengan dibangunnya prototypes oleh AL Inggris & Prancis), kapal frigate yang dipersenjatai ditipekan sebagai “ironclad warship” (kapal dengan lambung dilindungi baja bermesin uap dan berpenggerak baling-baling) yang merupakan tipe kapal terkuat pada saat itu. Istilah frigate tetap dipakai karena kapal tersebut tetap meletakkan persenjataan utama pada geladak tunggal utama menerusnya. Pada akhir abad ke-19 kapal-kapal perang terus dikembangkan dengan istilah frigate daripada “ship of the line”.
Pada dunia angkatan laut modern saat ini, frigate dipakai untuk melindung kapal perang lain atau kapal niaga, khususnya sebagai kapal penempur anti kapal selam (Anti-submarine Warfare /ASW) untuk kekuatan expedisi amphibi , grup replenishment dan konvoy niaga. Tetapi kapal-kapal yang diklasifikasikan sebagai “dubbed frigate” lebih tampak sebagai corvette, destroyer, cruiser dan bahkan battleship.Peringkat Komandan (Kaptain) kapal frigate ditentukan dari tipe kapal-kapal ini.